Senin, 14 Januari 2019

Gameku

Pro Evolutions Soccer 2019

 

Menuju akhir tahun, pertarungan antara dua franchise game sepak bola raksasa – PES dan FIFA akan kembali terjadi. Maka seperti tahun-tahun sebelumnya, kedua pemilik franchise juga mulai memamerkan dan melemparkan ragam klaim terkait fitur baru yang akan mereka tawarkan di dalamnya. Sejauh ini, Konami dengan PES 2019 mereka memang sedikit “tertinggal”. Kehilangan hak guna atas Liga Champions dan Liga Eropa, tambahan liga resmi yang ditawarkan Konami untuk seri yang satu ini memang tidak bisa dibilang, fantastis. Selain konten, mereka juga menjanjikan kualitas visualisasi lebih baik lewat beragam tambahan fitur, termasuk dukungan 4K HDR. Pertanyaannya kini, seberapa kuat PC yang perlu Anda persiapkan?
Bersama dengan pengumuman soal versi demo yang akan dilepas pada tanggal 8 Agustus 2018 mendatang, Konami juga secara resmi melepas kebutuhan spesifikasi resmi yang dibutuhkan untuk menjalankan PES 2019 di PC. Walaupun masih menjadikan Fox Engine sebagai basis, Konami menjanjikan animasi gerakan yang lebih halus, realistis, dengan gerakan spesifik para pemain ternama yang juga dihadirkan. Untuk menikmatinya, Anda harus mempersiapkan spesifikasi PC sebagai berikut:




Konami akhirnya merilis spesifikasi PC resmi untuk PES 2019.

Minimum Requirements (720p)

  • OS: Windows 7 SP1/8.1/10 – 64 bit
  • CPU: Intel Core i5-3470 /  AMD FX 4350
  • RAM: 4 GB
  • VGA: NVIDIA GTX 670 / AMD Radeon HD 7870
  • VRAM: 2 GB
  • DirectX: 11
  • HDD: 30 GB

Recommended Requirements (1080p)

  • OS: Windows 7 SP1/8.1/10 – 64 Bit
  • CPU: Intel Core i7-3770 / AMD FX 8350
  • RAM: 8 GB
  • VGA: NVIDIA GTX 760 / AMD Radeon R9 270X
  • VRAM: 4 GB
  • DirectX: 11
  • HDD: 30 GB
PES 2019 sendiri rencananya akan dirilis pada tanggal 31 Agustus 2018 mendatang. Bagaimana dengan PC Anda sendiri? Siap untuk menangani game yang satu ini di kualitas paling maksimal?

PES 2019 Umumkan 7 Lisensi Liga Baru

Lisensi memang tidak pernah menjadi kekuatan utama PES sebagai sebuah franchise game sepakbola. Entah proses kerjasama seperti apa yang terjadi di belakang layar dan berapa banyak uang yang sebenarnya yang digelontorkan, FIFA dari EA Sports selalu lebih unggul di sisi yang satu ini. Kekhawatiran soal masalah lisensi ini kian menguat di seri tahun ini – PES 2019 setelah konfirmasi bahwa hubungan kerjasama dengan liga Eropa dan liga Champions akhirnya berakhir. Lisensi yang kabarnya, berpindah tangan ke FIFA yang memang sudah lama, sepertinya mengincar kedua turnamen bergengsi ini. Konami terus mengeluarkan jargon untuk memastikan para fans tidak khawatir, termasuk dengan mengumumkan soal penambahan lebih banyak lisensi liga resmi sebagai kompensasi dari hilangnya liga Champions. Namun Anda penggemar game bola ini, sepertinya harus kembali kecewa.
Mengapa? Karena seperti yang bisa diprediksi, liga-liga tersebut berujung menjadi liga tidak ternama yang sepak terjangnya mungkin tidak pernah Anda ikuti sebelumnya. Konami akhirnya memperkenalkan setidaknya 7 liga baru yang lisensinya berhasil mereka dapatkan, yang tentu saja berarti mereka kini berhak untuk menggunakan dan memanfaatkan setiap konten di dalamnya, dari stadium, pemain, hingga beragam atribut resmi. Ketujuh liga tersebut adalah:

 
PES 2019 akhirnya mengumumkan 7 buah lisensi liga baru yang berhasil mereka dapatkan.
  1. Russian Premier Liga – Russia
  2. Superliga Quilmes Clasica – Argentina
  3. Superliga – Denmark
  4. Liga NOS – Portugal
  5. Raiffeisen Super League – Switzerland
  6. Ladbrokes Premiership – Scotlandia
  7. Jupiler Pro League – Belgia
Belum jelas apakah Konami akan kembali kalah untuk perihal masalah lisensi liga-liga lebih ternama seperti Spanyol atau Inggris lagi atau tidak di bawah EA. PES 2019 sendiri rencananya akan dirilis pada tanggal 28 Agustus 2018 mendatang untuk Playstation 4, Xbox One, dan tentu saja – PC.
Bagaimana menurut Anda sendiri? Apakah kehadiran lisensi resmi untuk 7 liga ini cukup untuk “menutupi luka” hilangnya liga Champions dan liga Eropa dari PES?


Tips Sehat



Duduk Terlalu Lama Dapat Menurunkan Kinerja Otak

 by

Bagi Anda para pekerja kantoran, duduk seharian di depan layar komputer tentu sudah menjadi rutinitas sehari-hari yang tak dapat dihindari. Setidaknya, Anda perlu menghabiskan waktu minimal delapan jam dalam sehari untuk duduk di depan layar komputer demi menyelesaikan berbagai pekerjaan.
Namun tahukah Anda, terdapat bahaya kesehatan yang mengintai dibalik kebiasaan duduk selama berjam-jam tersebut?
Duduk terlalu lama tidak hanya dapat menganggu peredaran darah dan memicu penyakit jantung, kebiasaan ini juga dapat mengakibatkan perubahan fungsi kognitif dan penyakit demensia.
https://gimg.kumpar.com/kumpar/image/upload/v1531976288/htztfidoalhtwboxoyeb.jpgMenurut hasil penelitian dari University of California Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat, duduk atau berada dalam posisi diam yang terlalu lama dapat berhubungan dengan masalah ingatan atau memori pada orang dewasa. Studi yang telah dipubilkasikan di jurnal PLOS One ini menemukan adanya salah satu bagian otak yang tidak berfungsi karena posisi duduk terlalu lama.
Dalam pernyataan resminya, peneliti menyebut perilaku diam dengan duduk terlalu lama berhubungan dengan menipisnya bagian lobus temporal medial pada otak. Bagian ini merupakan bagian yang bertugas membentuk dan menyimpan ingatan.

Riset ini dilakukan terhadap 35 partisipan dengan rentang usia 45 sampai 75 tahun. Awalnya, para peneliti menanyakan rutinitas aktivitas fisik yang mereka lakukan setiap harinya termasuk rata-rata waktu yang dihabiskan untuk duduk dalam sehari pada beberapa pekan terakhir. Partisipan melaporkan mereka rata-rata dapat duduk tiga hingga tujuh jam per hari.
Para peneliti lalu memindai otak para partisipan dengan menggunakan MRI guna mengetahui ketebalan di daerah lobus temporal medial. Hasilnya, lamanya waktu yang dihabiskan untuk duduk secara signifikan berkorelasi dengan ketebalan yang berkurang di lobus temporal medial dan area-area tertentu di dalamnya, termasuk korteks entorhinal, korteks parahippocampal, dan subkulum.
Peneliti menemukan duduk terlalu lama dapat menipiskan bagian otak tertentu terlepas dari banyaknya kegiatan fisik yang dilakukan. Oleh karena itu untuk meredam bahaya duduk terlalu lama, mengurangi jumlah waktu duduk merupakan salah satu cara yang lebih efektif ketimbang menambah waktu olahraga saja.